CELOTEH MALAM

Senin, 27 September 2010

Teringat seorang kolega yang banyak membincangkan mengenai sebuah mimpi pada suatu malam. Benar, setiap orang memiliki mimpi. Mimpi tentang hidup yang serba wah, merenah, dan membanggakan. Tentang siang yang senantiasa dihiasi dengan kesenangan, tentang malam yang senantiasa dibalut dengan kenyamanan, tentang hari tua yang terjaga, bahkan tentang mati yang akan dihadapi nanti. Dalam semuanya mimpi itu tersemai.

Namun apakah mimpi hanya untuk sebagian kalangan yang “berpunya”, atau seorang anak kecil yang hidup nunjauh di perkampungan di bawah kaki gunung tidak berhak untuk bermimpi? Nyatanya, dalam realita pun kita dapat melihat bahwa mimpi sebetulnya adalah hak semua orang yang berakal dan berfikiran. Lalu? Apakah semuanya berhasil meraih mimpinya? Syahdan, hal itu tidak mesti terjadi. Kadang, ada seorang yang bermimpi tinggi, berusaha maksimal, namun dia tidak dapat mewujudkan mimpinya. Gagal lah yang ia dapat. Salahkah ia? Terkadang ada pula yang hanya memiliki mimpi sederhana namun apa yang ia raih merupakan sesuatu yang luar biasa bahkan di benak para pemimpi tertinggi sekalipun.

Dalam sebuah kesempatan acara jamuan buka bersama dengan salah seorang anggota Dewan Republik Indonesia, beliau menuturkan, bahwa ia tidak pernah bermimpi bahkan menjadi anggota dewan sekalipun. Cita-cita yang dimilikinya hanya sebagai sastrawan. Tapi jalan kehidupan membawanya ke arah lain. Kehidupan yang lebih lah yang didapatkannya kini. Lalu di sisi lain, banyak pula yang mati-matian mewujudkan mimpinya namun nyatanya, jalan kehidupan berkata lain sehingga ia pun tidak bisa mewujudkan apa yang ia impikan. Begitulah kehidupan, semuanya mengandung misteri.

Dalam memori kecil saya, ingat, ketika waktu kecil dulu, ketika belum lancar berbicara, saya berkeinginan, kalau saya nanti dilahirkan kembali sebagai manusia (ini hanya fikiran anak kecil, bahkan waktu itu saya tidak faham kalau manusia tidak dilahirkan kembali), saya ingin berbicara lancar dalam usia saat itu. Saya beranggapan bahwa sebenarnya hal itu adalah benih-benih impian yang terpatri di dalam fikiran melalui proses alamiah. Dan memang setiap orang memiliki pengalaman masing-masing dalam proses penanaman impian dalam kehidupannya.

Satu lagi pengalaman menarik. Waktu usia saya empat tahun lebih, saya merengek minta ke orang tua untuk masuk ke sebuah pesantren. Saya sendiri sampai sekarang belum memahami, dari mana saya tahu kata “pesantren” itu sendiri. Yang jelas, keinginan yang muncul saat itu dituruti oleh orang tua walaupun dengan perasaan berat. Hal ini pun sebenarnya merupakan semaian mimpi yang terangkai secara alami dalam kehidupan seorang manusia. Entah manusia yang hidup di kota, desa, di hutan, lembah, di manapun. Semuanya memiliki semaian alamiah mimpi yang berbeda.

Komentar

  1. subhanallah,,,,,,,,,,,,,,
    tulisanmu menginspirasikan, jiwa yang yang belum pernah kutemukan, jiwa yang rindu akan motivasi.... menggugah, menghantarkan rasa dalam hati untuk bergerak,bergerak, hingga sebuah impian bukan lagi impian....
    terima kasih sobat,,,
    teruskanlah berkarya,,,

    BalasHapus
  2. Hasbi; Baik. kamu nanti jangan absen lagi ya,,,
    Darto; Terimakasih sudah berkunjung. saya sangat senang jika tulisan ini bisa menjadi inspirasi bagi yang membaca. namun tulisan ini hanya sekedar tulisan ringan yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Teman-teman, setelah berkunjung silahkan tinggalkan komentar di sini! Trima kasih.

Postingan populer dari blog ini

MENEMUKAN RESEP KEHIDUPAN

Cerita dari Kampung Halaman